Sedangkanmenurut Harrison dan Hummell dalam Rahmatullah (2013: 178-186) menyatakan bahwa media film animasi mampu memperkaya pengalaman dan kompetensi siswa pada beragam materi ajar. Agina dalam Rahmatulloh juga menjelaskan bahwa pemanfaatan film animasi dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Yukcari tahu jawabannya dalam Review Buku Literasi Emosi Karya Dandi Birdy dan Diah Mahmudah berikut ini. Judul Buku : Literasi Emosi Dandi Birdy dan Diah Mahmudah Penulis : Dandi Birdy dan Diah Mahmudah Penerbit : Madani Kreatif Tahun Terbit : 2022 Tebal halaman : 212 halaman Marikita simak pembahasan berikut ini ya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama ialah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan tokoh dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan. Ciri-ciri drama sebagai berikut. 1. Terdapat naskah berupa dialog yang akan diperankan oleh tokoh. 2. MasalahPerkembangan 26 Erikson (dalam Singgih D. Gunarsa, 1985:107) menjelaskan bahwa setiap memasuki fase perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Anak biasanya dapat mengatasi krisis emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan baru yang berasal dari adanya proses kematangan yang menyertai perkembangan. Biasanya emosi-emosi negatif ini juga disertai rasa takut, tidak mudah percaya, sedih, rapuh, dan malu. Sangat mungkin orang yang pernah mengalami kekerasan terhadap perempuan akan merasa dirinya tak lagi berharga. Pada akhirnya, segala jenis reaksi emosi akibat kekerasan terhadap perempuan ini membuat seseorang bisa menutup diri dari sekitar. apa penyebab tv tidak mau nyala tapi lampu power hidup. Drama therapy adalah keterlibatan dalam drama dengan niat penyembuhan Jones, 2007. Drama therapy memfasilitasi perubahan melalui proses drama, dimana terapi ini menggunakan potensi drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi atau dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan klien Jones, 2007. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free TERAPI KONTEMPORER DRAMA THERAPY KAJIAN LITERATUR DEWI FATMASARI EDY 2 Daftar Isi Halaman Sampul .............................................................................................................................. i Halaman Judul .................................................................................................................................1 Daftar Isi ..........................................................................................................................................2 1. Pendahuluan .................................................................................................................................3 2. Pembahasan ..................................................................................................................................4 Sejarah Drama Therapy ............................................................................................................4 Definisi Drama Therapy ...........................................................................................................6 Ruang Lingkup Drama Therapy ...............................................................................................7 Proses Dasar Drama Therapy ....................................................................................................7 Asumsi Umum Drama Therapy dan Kualifikasi Drama Therapist ..........................................8 Psikoterapi .................................................................................................................................9 Aplikasi Drama Therapy .........................................................................................................11 3. Penutup ......................................................................................................................................12 Kesimpulan .............................................................................................................................12 Evaluasi ...................................................................................................................................13 Daftar Pustaka ................................................................................................................................14 3 “Give a man a mask, and he will tell you the truth” -Oscar Wilde- 1. Pendahuluan Setiap permasalahan psikologis terkait dengan pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan bagi individu. Kebanyakan permasalahan psikologis muncul dari pengalaman masa lalu yang tidak terselesaikan sehingga termanifestasikan pada sikap dan perilaku individu saat ini. Berbagai usaha untuk menurunkan bahkan menghilangkan permasalahan psikologis individu telah dilakukan oleh para ahli dengan berbagai pendekatan untuk memunculkan terapi-terapi yang tepat. Perkembangan berbagai terapi didorong oleh hasil-hasil pengamatan terapis dengan berbagai pendekatan. Drama sebagai sebuah media merupakan panggung yang memberikan ruang ekspresi bagi individu, dianggap dapat menjadi suatu terapi kontemporer baru yang memiliki sifat terapeutik bagi individu. Jones 2007 menuliskan bahwa drama dan teater adalah cara berpartisipasi dalam dunia. Jones 2007 juga menuliskan bahwa dalam drama terdapat potensi kuat untuk penyembuhan. Istilah drama therapy’ merujuk pada drama sebagai sebuah bentuk terapi. Selama perkembangan abad ke-20 di sejumlah bidang studi berbeda seperti teater eksperimental dan psikologi, telah menghasilkan pandangan baru ke dalam cara-cara dimana drama dan teater dapat efektif dalam membawa perubahan pada seseorang, baik perubahan emosional, psikologis, maupun politik dan spiritual Jones, 2007. Hal ini dapat menjadi suatu pandangan bahwa drama dapat menjadi suatu bentuk terapeutik yang digunakan saat ini karena memiliki efektivitas dalam mengubah seseorang menjadi lebih mengenal diri dan persoalannya, bahkan dapat membantu dalam menurunkan gejala gangguan. Salah satu hasil penelitian oleh Sharma 2017 menemukan bahwa terapi psikodrama secara signifikan menurunkan tingkat depresi dan kecemasan remaja yang nakal. Penelitian lain mengungkapkan bahwa intervensi psikodrama dapat digunakan sebagai modalitas yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup diantara pasien laki-laki dengan ketergantungan opiate Dehnavi, Bajelan, Pardeh, Khodaviren, & Dehnavi, 2016. Pada penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Orkibi, Azoulay, Snir, & Regev 2017 mengenai kontribusi terapi kelompok 4 psikodrama berbasis sekolah terhadap dimensi konsep diri dan kesepian pada remaja Israel, ditemukan bahwa peserta psikodrama melaporkan peningkatan konsep diri global, sosial, dan perilaku, serta penurunan kesepian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada penelitian tersebut juga ditemukan bahwa perilaku produktif dalam sesi meningkat dan resistensi menurun selama terapi. Ketiga hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa drama dapat dikatakan sebagai bentuk terapi karena dapat membantu menurunkan gejala gangguan psikologis dan meningkatkan atribut positif yang ada dalam diri individu. Hal ini berarti drama merupakan suatu media terapeutik yang dapat digunakan sebagai sebuah psikoterapi. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas terkait drama therapy sebagai salah satu terapi kontemporer yang digunakan oleh terapis untuk membantu kliennya dalam terapeutik. 2. Pembahasan Sejarah Drama Therapy Drama sebagai sebuah terapi muncul sebagaimana terapi lainnya yang menemukan insight bahwa hal tersebut dapat membuat individu lebih sehat. Tema drama dan teater pun penting’ bagi masyarakat dan individu yang sehat Jones, 2007. Salah seorang tokoh yang berperan dalam sejarah drama therapy, Evreinov, juga mengatakan bahwa teater bukan hanya untuk hiburan, melainkan sesuatu yang pada dasarnya diperlukan untuk manusia seperti udara, makanan dan hubungan seksual’ Jones, 2007. Hal ini berarti teater merupakan suatu bentuk kebutuhan yang lebih dasar daripada hiburan. Pada akhir abad ke-19 dan sepanjang abad ke-20, sikap baru terhadap kesehatan mental, teori pikiran, dan emosi mulai berkembang Jones, 2007. Ini dianggap sebagai upaya untuk menemukan cara-cara baru dalam memberikan pengobatan kepada orang-orang yang tidak sehat secara mental. Pada periode yang sama, eksperimen secara radikal mengubah cara-cara dimana drama dan teater dilihat dan digunakan Jones, 2007. Perubahan ini terjadi secara terpisah. Meskipun teater ada di rumah sakit jiwa selama berabad-abad, abad ke-20 melihat peningkatan besar dalam kehadiran teater dan drama di rumah sakit. Bidang pengembangan lain berasal dari karya tiga tokoh drama therapy yaitu Iljine, Evreinov, dan Moreno, dalam membuat bentuk-bentuk perawatan atau terapi dengan drama sebagai sarana utama perubahan. Inovasi radikal dalam teater 5 eksperimental, drama pendidikan, psikoterapi, studi tentang permainan, kajian antropologis tentang ritual, kontak lintas budaya, dan pengembangan bidang dramaturgi dalam sosiologi semuanya membuat hubungan penting antara potensi drama dan perubahan langsung dalam hidup masyarakat Jones, 2007. Jones 2007 menuliskan bahwa pada abad ke-20 dan 21, terdapat pemahaman bahwa berpartisipasi dalam drama dan teater memungkinkan koneksi ke proses bawah sadar. Partisipasi dalam drama dilihat sebagai bentuk untuk memuaskan kebutuhan manusia dalam bermain dan menciptakan emosi. Teater adalah suatu kegiatan yang terpisah dari realitas sehari-hari, sementara pada saat yang sama memiliki fungsi vital dalam merefleksikan dan bereaksi terhadap realitas itu. Pada awal abad kedua puluh, di Eropa dan Amerika Serikat, drama digunakan sebagai rekreasi, sebagai tambahan untuk cara-cara terapi utama bagi orang-orang yang sedang dalam perawatan atau pengaturan kesehatan Jones, 2007. Aspek kunci dari terapi tetap diluar pengalaman klien tentang drama. Drama dilihat hanya sebagai cara membuat masa inap di rumah sakit lebih menyenangkan, atau kadang-kadang sebagai kesempatan untuk mengangkat materi emosional yang akan ditangani kemudian di tangan psikolog atau psikiater Jones, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kemunculan drama sebagai suatu bentuk terapeutik berasal dari metode yang diterapkan oleh rumah sakit sebagai rekreasi bagi pasiennya. Penggunaan terdokumentasi paling awal dari istilah 'drama therapy' di Inggris terjadi dalam ceramah Peter Slade pada tahun 1939 kepada British Medical Association Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menuliskan bahwa di Amerika Serikat, salah satu penggunaan istilah yang paling awal tercatat dalam referensi praktik kontemporer adalah dari Florsheim pada tahun 1946 yang berjudul 'Drama Therapy'. Namun, gagasan penggunaan terapeutik drama dan teater yang disengaja, asalnya jauh lebih tua dari ini, baik di Inggris maupun di budaya barat secara keseluruhan Jones, 2007. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah drama therapy berawal dari negara-negara barat sebagaimana kebanyakan terapi lainnya. Jones 2007 memaparkan bahwa selama empat dekade terakhir, suatu perubahan telah diakui sepenuhnya bahwa drama itu sendiri dapat menjadi terapi. Perubahan ini menandai munculnya drama therapy seperti yang saat ini dipraktikkan oleh drama therapist terlatih. Ada dua aspek utama untuk perubahan atau pengembangan ini. Pertama adalah sesi drama therapy dapat menangani proses-proses primer yang terlibat dalam perubahan klien alih-alih menjadi tambahan 6 untuk cara kerja lain, seperti psikoterapi atau psikologi klinis. Kedua adalah akar dari proses ini dalam drama. Drama therapy bukanlah kelompok psikoterapi atau program terapi perilaku yang memiliki beberapa kegiatan dramatis yang ditambahkan padanya. Drama tidak melayani terapi, namun proses drama itulah yang mengandung terapi Jones, 2007. Definisi Drama Therapy Emunah menggambarkan bahwa drama therapy adalah penggunaan proses drama atau teater yang disengaja dan sistematis untuk mencapai perkembangan dan perubahan psikologis Jones, 2007. Alatnya diturunkan dari teater, tujuannya adalah akar dalam psikoterapi. Walaupun drama therapy dapat dilakukan dalam kerangka teoretis dari hampir semua sekolah terapi yang ada, drama therapy juga memiliki warisan uniknya sendiri, sumber-sumber konseptual teater, psikodrama, bermain dramatis, ritual dramatis, dan bermain peran Jones, 2007. Drama therapy adalah keterlibatan dalam drama dengan niat penyembuhan Jones, 2007. Drama therapy memfasilitasi perubahan melalui proses drama, dimana terapi ini menggunakan potensi drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi atau dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan klien Jones, 2007. Jones 2007 menuliskan bahwa pada drama therapy, klien memanfaatkan konten dari aktivitas drama, proses pembuatan enactments sebuah proses untuk melakukan sesuatu, dan hubungan yang terbentuk antara orang-orang yang mengambil bagian dalam kerangka terapeutik, misalnya klien dengan klien lainnya jika bentuk drama therapy yang dilakukan adalah kelompok atau klien dengan terapis jika dilakukan dalam bentuk individual. Koneksi dibuat antara dunia batin klien, dimana terdapat situasi bermasalah atau pengalaman hidup dan aktivitas dalam sesi drama therapy. Klien berusaha untuk mencapai hubungan baru terhadap masalah atau pengalaman hidup yang klien bawa ke terapi Jones, 2007. Salah satu klien, misalnya, melaporkan bahwa drama therapy 'membantu saya memikirkan perspektif lain tentang situasi', menawarkan 'pemahaman, reframing, dukungan' Barry dalam Jones, 2007. Tujuannya adalah untuk menemukan resolusi hubungan baru, pertolongan, pemahaman baru, atau bahkan perubahan cara-cara dalam memandang fungsi diri dalam kehidupan. 7 Ruang Lingkup Drama Therapy Drama therapy dipraktekkan dengan kelompok ataupun individu dalam pengaturan perawatan seperti klinik dan rumah sakit dan pusat spesialis seperti unit remaja Jones, 2007. Terapi ini juga dapat ditawarkan sebagai terapi individu atau kelompok yang tersedia di luar institusi. Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan orang dewasa dan anak-anak Jones, 2007. Seorang drama therapists dapat memberikan terapi di pusat keluarga, penjara, sekolah khusus dan unit pendidikan, pusat untuk orang dewasa muda dengan masalah perilaku, dalam pengaturan kesehatan mental dan rehabilitasi, pusat-pusat komunitas dan program program penyalahgunaan zat atau alkohol Jones, 2007. Drama therapy sering pula ditawarkan bersama terapi seni lainnya sebagai bagian dari pendekatan multidisiplin sehingga terapi ini juga dapat diintegrasikan dengan berbagai terapi lainnya Jones, 2007, tergantung dengan kualifikasi terapis dan juga penilaian terapis terhadap klien. Proses Dasar Drama Therapy Sejumlah proses kunci terletak di jantung drama therapy dan proses-proses teresebut adalah cara utama dimana perubahan terapeutik terjadi. Proses inti dari drama therapy yaitu proyeksi dramatis’, transformasi’, dan bermain’ Jones, 2007. Adapun penjelasannya dijabarkan sebagai berikut § Klien menjadi terlibat secara emosional dan intelektual dalam menghadapi masalah melalui proyeksi dramatis, yang dibawa ke terapi dalam bentuk seperti karakter, bahan bermain atau boneka Jones, 2007. § Transformasi menguraikan cara-cara dimana pengalaman klien tentang masalah yang diungkapkan berubah selama proses terapi. Perubahan ini disebabkan oleh penggunaan proses dramatis untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi untuk mengubah materi klien terhadap permasalahannya. Transformasi juga terjadi melalui pengalaman hubungan yang terbentuk selama terapi, baik dengan terapis dan dengan klien lain jika terapi dilakukan dalam kelompok Jones, 2007. § Sejumlah ahli drama mengaitkan keefektifan drama therapy dengan proses inti lainnya yaitu bermain. Klien dapat mencoba segala sesuatu tanpa konsekuensi, dan memungkinkan 8 terapis dan klien untuk menjelajahi materi dalam suatu tempat yang disebut oleh Novy dalam Jones, 2007 sebagai 'ruang bermain'. Asumsi Umum Drama Therapy dan Kualifikasi Drama Therapist Jones 2007 menuliskan bahwa seorang fasilitator, drama therapist, bekerja dengan kelompok atau individu selama beberapa minggu untuk sesi yang berlangsung antara 40 menit dan satu setengah jam. Setiap sesi biasanya terdiri dari fase pemanasan yang berkembang menjadi eksplorasi aktif dari area yang bermasalah bagi klien, diikuti oleh penutupan. Jenis-jenis masalah yang bisa ditangani dan bentuk sesi sangat bervariasi. Proses utama melibatkan klien dengan area bermasalah melalui bentuk dramatis dan bekerja dengan kelompok dan/ atau terapis jika berlangsung secara individu. Bentuk sesi penutupan berupa diskusi dan refleksi atas proses yang dilakukan dalam sesi. Drama therapy berlangsung dalam batas-batas yang jelas yang melindungi ruang terapeutik Jones, 2007. Drama therapy dipraktekkan dalam serangkaian sesi. Tujuan dari bentuk sesi adalah untuk menemukan bentuk perasaan yang akan dieksplorasi dengan tujuan mencapai perubahan pribadi Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menuliskan bahwa setiap sesi perlu menemukan cara dimana kebutuhan terapeutik dan potensi kreatif dari kelompok atau individu dapat terhubung dengan bentuk-bentuk ekspresif dan proses terapi. Beberapa pekerjaan dalam terapi sangat terstruktur. Tujuan, sesi, konten, dan proses akan ditetapkan dan disepakati dengan kelompok jika terapi dilaksanakan secara kelompok. Pendekatan lain melihat konten dan proses muncul secara spontan sebagai materi yang dibawa ke sesi oleh kelompok atau individu yang muncul. Namun, seiring berkembangnya pekerjaan, seorang drama therapist akan sering memiliki ide-ide yang disiapkan berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh kelompok atau individu sampai saat ini Jones, 2007 sehingga penting bagi seorang drama therapist untuk tetap peka terhadap kebutuhan dan situasi mendesak kelompok. Hal ini penting karena tidak jarang ditemukan ada pasien yang ingin tampil, namun ada juga pasien yang ingin duduk dan tidak melakukan apa-apa Schaffner & Courtney dalam Jones, 2007. Faktor lain yang perlu diperhatikan oleh seorang drama therapist adalah faktor budaya dan sosio-ekonomi dalam mempertimbangkan perubahan dalam terapi seni Ciornai, 1983; Canda, 1990; dalam Jones, 2007. Ciornai menempatkan penekanan pada kebutuhan untuk mengorientasi 9 pekerjaan dalam latar belakang budaya dan sosial klien dimana urgensinya adalah menyeimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kehidupan klien Jones, 2007. Ciornai & Canda pun menekankan perlunya bagi terapis untuk menyadari asumsi budaya mereka sendiri tentang bentuk ekspresif yang digunakan dalam terapi seni Jones, 2007. Ekspresi dan niat klien melalui bentuk dramatis dapat beroperasi dalam tradisi budaya yang berbeda dari para terapis. Ciornai dan Canda mendukung kebutuhan terapis seni untuk "memberikan layanan dengan cara yang mudah diakses dan bermakna bagi klien" Jones, 2007. Hal ini memerlukan kebutuhan terapis untuk menjadi 'melek budaya', mengkontekstualisasikan pekerjaan dalam pengetahuan budaya yang akurat, hal positif untuk keragaman budaya, keterampilan komunikasi lintas-budaya praktis dan keakraban dengan bentuk ekspresif artistik yang relevan dan tradisi Ciornai 1983; Canda 1990; dalam Jones, 2007. Proses kunci dalam drama therapy adalah konstan dan ada asumsi dasar tentang bagaimana drama therapy dapat memfasilitasi perubahan. Tugas dari drama therapist adalah untuk memahami bagaimana proses-proses dasar dan bentuk-bentuk ekspresif terhubung dengan konteks pekerjaan. Konteks ini mencakup situasi dimana klien tinggal termasuk dampak dan faktor-faktor seperti kemiskinan dan penindasan, cara-cara dimana klien menyajikan atau melihat masalah atau kesulitan, dan filosofi atau etos dari pengaturan atau kerangka kerja dimana terapi akan dilakukan. Psikoterapi Bentuk umum untuk drama therapy adalah bentuk dasar yang terbagi menjadi lima bagian atau elemen sebagai bagian dari proses inti terapi. Adapun bentuk dasar terapi yang perlu dilakukan adalah warm-up pemanasan, focusing, main activity aktivitas utama, closure and de-roling, dan completion Jones, 2007. Pemanasan warm-up adalah kegiatan yang membantu individu atau kelompok mempersiapkan pekerjaan drama terapeutik. Biasanya ini mengambil bentuk berbagai latihan yang menyangkut emosi kelompok. Pemanasan sering membantu menandai awal penciptaan ruang drama therapy khusus Jones, 2007. Langley dalam Jones, 2007 mengatakan bahwa pemanasan adalah pendahuluan dari "tindakan" tetapi tindakan datang dalam berbagai bentuk dan ukuran’. Fokus focusing adalah periode ketika kelompok atau individu terlibat lebih langsung dengan area yang akan dikerjakan dalam terapi biasanya berfokus pada area permasalahan, baik dengan 10 subjek atau isi karya drama itu sendiri Jones, 2007. Bagian focusing ini biasanya melibatkan langkah menuju area yang lebih spesifik dibandingkan dengan bagian pemanasan. Fokus dapat dikatakan sebagai cara klien tiba di sebuah situasi kondisi dimana mereka siap untuk menjelajahi masalah secara mendalam dan dengan keterlibatan penuh. Bagian ini sering termasuk negosiasi mengenai pekerjaan yang dapat dimasukkan dalam sesi. Ini mungkin termasuk kegiatan pemanasan khusus atau persiapan yang terkait dengan pengembangan kegiatan utama dalam terapi nantinya Jones, 2007. Pada sebagian besar sesi drama therapy, ada periode waktu yang menandai intensitas keterlibatan. Jones 2007 menuliskan bahwa kegiatan utama ini dapat melibatkan berbagai aspek drama seperti 'bentuk ekspresif'. Cara-cara dimana intensitas ditampilkan bervariasi antar kelompok, misalnya untuk sekelompok orang dengan kesulitan belajar yang berat mungkin ditandai dengan peningkatan konsentrasi dalam pekerjaan mereka dengan objek dimana klien dapat melakukan peningkatan konsentrasi dari kurangnya minat ke fokus tiga menit. Pada kelompok lain mungkin periode improvisasi berkelanjutan atau berbeda dengan kelompok orang kesulitan belajar Jones, 2007. Lebih lanjut Jones 2007 menyebutkan aktivitas utama yang mungkin dilakukan dalam terapi berupa § satu atau lebih individu yang berurusan dengan masalah; § kelompok secara keseluruhan bekerja bersama dengan tema atau fokus tertentu; § semua anggota kelompok mengerjakan materi mereka sendiri satu sama lain dalam kelompok kecil, berpasangan, atau dalam kelompok besar. Fase penutupan closure dan de-roling menandai akhir dari pekerjaan aktif utama yang melibatkan bentuk-bentuk dramatis dalam psikoterapi Jones, 2007. Periode penutupan ini mencakup latihan de-roling’ jika karakter, peran, atau improvisasi digunakan selama terapi. Levy mengatakan bahwa dalam drama therapy, terapis-klien bekerja dalam hubungan antara fantasi dan kenyataan, dimana saat fase penutupan dan de-roling, mereka harus menemukan cara untuk meninggalkan dan memisahkan diri dari peran yang telah klien mainkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kenyataan atau dunia luar Jones, 2007. Oleh karena itu, penutupan adalah waktu untuk mengakhiri hubungan dramatis dengan peran-peran yang digunakan selama terapi. Penyelesaian adalah aspek penting dari drama therapy. Ini adalah kegiatan yang terpisah dari keterlepasan langsung dari keterlibatan utama dalam drama yang merupakan tahap penutupan; itu 11 juga terpisah dari de-roling Jones, 2007. Penyelesaian memiliki dua komponen utama, yaitu pertama adalah ruang untuk integrasi lebih lanjut dari materi yang ditangani selama kegiatan utama dan kedua adalah persiapan untuk meninggalkan ruang drama therapy. Integrasi dapat mengambil bentuk verbal atau dramatis murni seperti permainan atau aktivitas reflektif Jones, 2007 sehingga penyelesaian mungkin sebagian besar dihabiskan dalam keheningan. Panjang setiap bagian bervariasi sesuai dengan cara kelompok menggunakan drama therapy. Pada beberapa kasus, pemanasan dan pemfokusan akan memakan waktu sepertiga waktu, kegiatan utama sepertiga lainnya, dan penutupan, pelepasan akhir dan penyelesaian ketiga terakhir. Jones, 2007. Akan tetapi, Jones 2007 menjelaskan lebih lanjut bahwa setiap bagian ini dapat mengalami perubahan-perubahan selama proses terapi bergantung pada penilaian terapis terhadap kebutuhan klien selama psikoterapi berlangsung. Aplikasi Drama Therapy Drama therapy sebagai sebuah terapi dapat diaplikasikan secara individual maupun kelompok. Bloom, Weber, Haen, & Landy 2004 menuliskan bahwa drama therapy dapat diaplikasikan baik dalam konteks individu, kelompok, keluarga, atapun sistem yang lebih besar. Penerapannya bergantung pada kebutuhan akan kasus yang didapatkan dan tentunya kualifikasi terapis itu sendiri. Penulis mengambil sebuah contoh pengaplikasian drama therapy untuk permasalahan resistensi remaja yang ditulis oleh Emunah dalam Bloom, dkk., 2004. Adapun kesimpulan yang dituliskan oleh Emunah adalah sebagai berikut. Drama therapist perlu melakukan pemahaman terlebih dahulu tentang isu-isu mendasar dalam pemberontakan remaja dan resistensi terhadap pengobatan yang mendahului jawaban terapis atas respons efektif terhadap oposisi dan konfrontasi. Melalui drama therapy, pemberontakan remaja yang sesuai dan sehat dapat dilibatkan dalam konteks aktivitas dramatis, dengan demikian melewati atau meminimalkan resistensi terhadap pengobatan. Remaja diberikan kesempatan untuk mengekspresikan dan "act-out" perasaannya, tetapi dalam keamanan dan batas-batas drama dramatis, yang menyiratkan dan memerlukan pengamatan diri dan penguasaan diri serta kemungkinan penemuan dan perubahan. Penerimaan terapis terhadap pilihan materi klien untuk pengesahan, seberapapun klien memberontak atau merusak diri sendiri, dapat memupuk hubungan saling percaya antara klien dan terapis. Hal ini akan sangat menolong proses terapi ketika terapis hendak 12 "memotong" atau "membekukan" adegan karena terapis menilai remaja kehilangan kendali. Dalam konteks kelompok, interaksi teman sebaya dan identitas kelompok, yang dianggap penting bagi perkembangan remaja, didukung oleh pemimpin. Drama, permainan, dan pemberlakuan drama mendorong eksplorasi isu-isu bersama dan sering berhubungan secara khusus dengan konflik, ambivalensi, dan tugas-tugas perkembangan yang sulit yang menantang para remaja. Terapis dapat menumbuhkan kemampuan kognitif, seperti pemikiran konseptual, pengujian realitas, dan klarifikasi nilai melalui improvisasi selama proses terapi. Cara-cara baru untuk mengatasi situasi dan mengekspresikan emosi dapat diperiksa dan dipraktikkan. Selama periode ketidakstabilan dan identitas yang tidak pasti, dimana remaja dibatasi oleh norma dan gambar yang dipaksakan oleh kelompok sebaya, drama memungkinkan eksperimen yang aman dengan identitas baru. Berbagai aspek dari perasaan diri remaja yang berkembang dapat dimainkan dan diintegrasikan secara bertahap. Rasa terkungkung dan putus asa yang dialami oleh para remaja di rumah mereka dan situasi rumah sakit dapat diringankan selama proses drama dimana kemungkinan yang tak terhitung dan perspektif tentang situasi aktual seseorang dapat dicapai. Secara umum, situasi realistis atau kehidupan nyata dipilih oleh remaja untuk ditetapkan dalam upaya untuk memahami dan menguasai emosi mereka yang bertentangan. Drama therapy dapat menjadi pilihan integrasi dalam penyembuhan. Akan tetapi, bukan berarti drama therapy tidak memiliki tantangan dalam pengaplikasiannya. Emunah menuliskan bahwa perawatan di rumah sakit remaja sering singkat dan minimnya motivasi klien, menembus perlawanan awal adalah salah satu tugas penting yang dihadapi terapis Bloom, dkk., 2004. Drama therapy dapat dilihat sebagai katalitik dan awal, membuka jalan bagi klien untuk mendapatkan manfaat dari area lain dari program pengobatan atau bentuk psikoterapi lainnya. Ini juga bisa menjadi pilihan perawatan utama untuk remaja yang resistan Emunah dalam Bloom, dkk., 2004. 3. Penutup Kesimpulan Drama therapy adalah suatu pengembangan terapi yang bermula di negara-negara barat sebagai suatu tambahan media penyembuhan di rumah sakit. Drama therapy merupakan sebuah terapi yang dapat memfasilitasi perubahan melalui proses drama dengan menggunakan potensi 13 drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup yang bertujuan untuk memungkinkan klien dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah yang klien hadapi, sehingga klien dapat menjaga kesehatan dan well-being kesejahteraan. Proses dasar yang kemudian menjadi suatu inti dari drama therapy adalah proses proyeksi dramatis’, transformasi’, dan bermain’ yang dinilai dapat membantu klien untuk mengekpresikan emosinya dan pada tahap penyelesaian, klien mampu melakukan refleksi terhadap area permasalahannya. Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah bahwasanya drama therapy hanyalah sebuah bentuk terapi yang kurang efektif jika berdiri sendiri, namun jauh lebih efektif jika diintegrasikan dengan metode pendekatan terapi lainnya. Integrasi drama therapy dengan pendekatan lainnya kembali pada kebutuhan klien dan kualifikasi terapis. Evaluasi Jones 2007 menuliskan evaluasi yang perlu dilakukan kedepannya bagi drama therapy adalah pengembangan metode penilaian dalam drama therapy yang dinilai masih merupakan bidang yang membutuhkan penelitian. Pembentukan strategi yang jelas yang memiliki dasar teori yang kuat, prinsip dan praktik inti dari drama therapy diperlukan. Selain itu, pendekatan terkini terhadap penilaian dan evaluasi dalam drama therapy biasanya diadaptasi dari yang digunakan dalam disiplin terkait, seperti skala dramatis dan metode dari terapi bermain. Hal ini membuat drama therapist harus mengadopsi cara kerja yang harus disesuaikan, daripada bekerja dengan pendekatan yang dihasilkan oleh bidang drama therapy itu sendiri Jones, 2007. Oleh karena itu, masih dibutuhkan banyak penelitian terkait drama therapy, khususnya teknik-teknik yang digunakan oleh terapis selama setiap sesi terapi. 14 Daftar Pustaka Bloom, S., Weber, A. M., Haen, C., & Landy, R. 2005. Clinical Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent Treatment. New York Brunner-Routledge Dehnavi, S., Bajelan, M., Pardeh, S. J., Khodaviren, H., & Dehnavi, Z. 2016. The Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male Patients. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 5, 5S 243-247, ISSN No 2319-5886 Jones, P. 2007. Drama as Therapy Theory, Practice, and Research, Second Edition. New York Routledge Orkibi, H., Azoulay, B., Snir, S., & Regev, D. 2017. In‐session behaviours and adolescents' self‐concept and loneliness A psychodrama process–outcome study. Clinical Psychology Psychotherapy. 2017;1–9. Sharma N 2017. Effect of Psychodrama Therapy on Depression and Anxiety of Juvenile Delinquents. International Journal of Indian Psychology, Vol. 5, 1, DIP DOI ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SharmaThe purpose of this study was to study the effect of psychodrama therapy on depression and anxiety level of juvenile delinquent. 20 juvenile delinquents were selected through accidental sampling from reformatory school of Gorakhpur The subjects were participated in an eight-session psychodrama therapy plan for 8 weeks in a group. In order to collect data, the Beck depression inventory II and Zung self rating anxiety scale was applied. Data analysis was performed by paired t test. The t test results revealed that there is a significant difference between psychodrama and depression and anxiety of juvenile delinquent. Psychodrama therapy significantly decreases the level of depression and anxiety of juvenile adolescents spend many hours a day in school, it is crucial to examine the ways in which therapeutic practices in schools promote their well-being. This longitudinal pilot study examined the contribution of school-based psychodrama group therapy to the self-concept dimensions and perceived loneliness of 40 Israeli adolescents aged 13-16, 60% boys in public middle schools. From a process-outcome perspective, we also examined the understudied trajectory of adolescents' in-session behaviours process variables and its associations with changes in their self-concepts and loneliness outcome variables. Psychodrama participants reported increases in global, social, and behavioural self-concepts and a decrease in loneliness compared to the control group. In-session productive behaviours increased and resistance decreased throughout the therapy, but varied process-outcome relationships were found. The study suggests that conducting further research into the process-outcome relationships in psychodrama group therapy is warranted to pinpoint specific mechanisms of change. Suggestions for future studies are Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent TreatmentS BloomA M WeberC HaenR LandyBloom, S., Weber, A. M., Haen, C., & Landy, R. 2005. Clinical Applications of Drama Therapy in Child and Adolescent Treatment. New York Brunner-RoutledgeThe Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male PatientsS DehnaviM BajelanS J PardehH KhodavirenZ DehnaviDehnavi, S., Bajelan, M., Pardeh, S. J., Khodaviren, H., & Dehnavi, Z. 2016. The Effectiveness of Psychodrama in Improving Quality of Life among Opiate-dependent Male Patients. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 5, 5S 243-247, ISSN No 2319-5886 sebutkan unsur unsur dalam drama – Drama adalah sebuah karya sastra yang memadukan unsur cerita dengan akting. Dalam sebuah drama, terdapat beberapa unsur yang harus ada agar bisa dikatakan sebuah drama berhasil menarik perhatian penontonnya. Unsur-unsur tersebut meliputi plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Plot atau alur cerita adalah unsur pertama yang harus ada dalam sebuah drama. Plot adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Alur cerita harus memiliki awal yang menarik, pertengahan yang menegangkan, dan akhir yang memuaskan. Plot yang baik akan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karakter adalah unsur yang kedua dalam sebuah drama. Karakter adalah tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Karakter harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Seorang penulis harus mampu menampilkan karakter yang dapat dikenali dan mudah dicerna oleh penonton. Karakter juga harus memiliki peran yang jelas dalam cerita sehingga tidak membuat penonton bingung atau kebingungan. Tema adalah unsur yang ketiga dalam sebuah drama. Tema adalah pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, kritik sosial, atau pesan-pesan kehidupan lainnya. Sebuah drama yang baik harus mampu menyampaikan pesan yang jelas dan dapat dipahami oleh penontonnya. Setting atau latar adalah unsur keempat dalam sebuah drama. Setting adalah tempat dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung. Setting yang baik akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. Setting juga dapat menjadi faktor penentu dalam membuat suasana cerita menjadi lebih dramatis atau tidak. Dialog adalah unsur kelima dalam sebuah drama. Dialog adalah percakapan antara karakter dalam cerita. Dialog yang baik akan membuat cerita terdengar lebih alami dan dapat membantu penonton memahami karakter yang ada dalam cerita. Dialog juga dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi karakter dalam cerita. Kesimpulannya, unsur-unsur dalam drama sangat penting untuk menciptakan sebuah cerita yang menarik dan berhasil menarik perhatian penontonnya. Plot, karakter, tema, setting, dan dialog harus saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya. Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. Rangkuman 1Penjelasan sebutkan unsur unsur dalam drama1. Drama merupakan karya sastra yang memadukan unsur cerita dengan Terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam sebuah drama, yaitu plot, karakter, tema, setting, dan Plot atau alur cerita adalah unsur pertama yang harus ada dalam sebuah Karakter adalah unsur yang kedua dalam sebuah Tema adalah unsur yang ketiga dalam sebuah Setting atau latar adalah unsur keempat dalam sebuah Dialog adalah unsur kelima dalam sebuah Unsur-unsur dalam drama harus saling mendukung dan berkaitan satu sama Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. 1. Drama merupakan karya sastra yang memadukan unsur cerita dengan akting. Drama adalah salah satu genre karya sastra yang memadukan unsur cerita dengan akting. Dalam hal ini, cerita yang dimaksud adalah naskah drama yang ditulis oleh seorang penulis atau dramawan. Naskah drama ini kemudian diangkat ke panggung oleh para pelaku drama yang akan memainkan peran dari karakter dalam cerita tersebut. Unsur cerita dalam drama meliputi plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Alur cerita harus memiliki awal yang menarik, pertengahan yang menegangkan, dan akhir yang memuaskan. Plot yang baik akan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karakter adalah tokoh-tokoh dalam cerita yang harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Seorang penulis harus mampu menampilkan karakter yang dapat dikenali dan mudah dicerna oleh penonton. Karakter juga harus memiliki peran yang jelas dalam cerita sehingga tidak membuat penonton bingung atau kebingungan. Tema adalah pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, kritik sosial, atau pesan-pesan kehidupan lainnya. Sebuah drama yang baik harus mampu menyampaikan pesan yang jelas dan dapat dipahami oleh penontonnya. Setting atau latar adalah tempat dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung. Setting yang baik akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. Setting juga dapat menjadi faktor penentu dalam membuat suasana cerita menjadi lebih dramatis atau tidak. Dialog adalah percakapan antara karakter dalam cerita. Dialog yang baik akan membuat cerita terdengar lebih alami dan dapat membantu penonton memahami karakter yang ada dalam cerita. Dialog juga dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi karakter dalam cerita. Dengan memadukan unsur cerita dengan akting, drama menjadi lebih hidup dan dapat menghibur penonton dengan cara yang berbeda. Para pelaku drama akan memerankan karakter dalam cerita yang ditulis oleh seorang penulis. Dalam hal ini, penonton dapat melihat langsung bagaimana karakter dalam cerita tersebut berinteraksi satu sama lain. Kehadiran unsur-unsur dalam drama sangat penting untuk menciptakan sebuah cerita yang menarik dan berhasil menarik perhatian penontonnya. 2. Terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam sebuah drama, yaitu plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sangat populer di masyarakat. Sebuah drama biasanya disajikan dalam bentuk pementasan yang melibatkan para aktor dan penonton. Drama dapat dianggap sebagai karya seni yang memadukan unsur cerita dengan akting. Untuk menghasilkan sebuah drama yang baik dan berhasil menarik perhatian penontonnya, terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam sebuah drama. Unsur pertama yang harus ada dalam sebuah drama adalah plot atau alur cerita. Plot merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Plot yang baik akan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Plot yang terstruktur dengan baik akan membuat cerita terasa lebih hidup dan menarik. Unsur kedua adalah karakter. Karakter merupakan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Karakter harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Seorang penulis harus mampu menampilkan karakter yang dapat dikenali dan mudah dicerna oleh penonton. Karakter juga harus memiliki peran yang jelas dalam cerita sehingga tidak membuat penonton bingung atau kebingungan. Unsur ketiga adalah tema. Tema merupakan pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, kritik sosial, atau pesan-pesan kehidupan lainnya. Sebuah drama yang baik harus mampu menyampaikan pesan yang jelas dan dapat dipahami oleh penontonnya. Unsur keempat adalah setting atau latar. Setting adalah tempat dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung. Setting yang baik akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. Setting juga dapat menjadi faktor penentu dalam membuat suasana cerita menjadi lebih dramatis atau tidak. Unsur kelima adalah dialog. Dialog adalah percakapan antara karakter dalam cerita. Dialog yang baik akan membuat cerita terdengar lebih alami dan dapat membantu penonton memahami karakter yang ada dalam cerita. Dialog juga dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi karakter dalam cerita. Dalam sebuah drama, kelima unsur tersebut harus saling berkaitan dan mendukung satu sama lainnya. Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. Oleh karena itu, para penulis drama harus memperhatikan unsur-unsur tersebut dalam membuat sebuah drama yang baik dan berhasil menarik perhatian penontonnya. 3. Plot atau alur cerita adalah unsur pertama yang harus ada dalam sebuah drama. Drama merupakan salah satu karya sastra yang paling populer yang memadukan unsur cerita dengan akting. Dalam sebuah drama, terdapat beberapa unsur yang harus ada agar dapat dikatakan sebagai sebuah drama yang berhasil menarik perhatian penontonnya. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Salah satu unsur yang sangat penting dalam sebuah drama adalah plot atau alur cerita. Plot adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Alur cerita harus memiliki awal yang menarik, pertengahan yang menegangkan, dan akhir yang memuaskan. Plot yang baik akan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, sehingga membuat penonton terus terlibat dalam ceritanya. Plot dalam sebuah drama juga harus mempunyai klimaks atau puncak cerita yang merupakan bagian paling menegangkan dari cerita. Biasanya klimaks ini berada di pertengahan atau akhir cerita yang akan membuat penonton merasakan ketegangan luar biasa. Setelah klimaks, cerita akan berjalan ke arah penyelesaian atau resolusi. Resolusi ini merupakan akhir dari cerita dan harus memberikan kepuasan bagi penonton. Selain itu, plot dalam sebuah drama juga harus mempunyai konflik yang kuat. Konflik ini dapat berupa konflik internal dari karakter atau konflik eksternal dari situasi yang terjadi di sekitar karakter. Konflik ini akan menjadi daya tarik bagi penonton dan membuat cerita semakin menarik dan dramatis. Dalam sebuah drama, plot juga harus mempunyai struktur yang jelas. Struktur ini harus berisi elemen-elemen penting dari sebuah cerita seperti pengenalan karakter, konflik, klimaks, dan resolusi. Struktur yang jelas akan memudahkan penonton untuk mengikuti cerita dan membuat cerita lebih mudah dipahami. Dalam kesimpulannya, plot atau alur cerita merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah drama. Plot yang baik dapat membuat penonton terus terlibat dalam ceritanya dan memberikan kepuasan di akhir cerita. Plot yang kuat juga harus mempunyai konflik yang jelas dan struktur yang teratur dan mudah dipahami. Dengan adanya unsur plot yang kuat, sebuah drama dapat menjadi cerita yang menarik dan menghibur serta memberikan makna bagi penontonnya. 4. Karakter adalah unsur yang kedua dalam sebuah drama. Poin keempat dari tema “sebutkan unsur-unsur dalam drama” adalah karakter. Karakter adalah unsur yang kedua dalam sebuah drama. Karakter dalam drama adalah tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Karakter harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Seorang penulis harus mampu menampilkan karakter yang dapat dikenali dan mudah dicerna oleh penonton. Karakter juga harus memiliki peran yang jelas dalam cerita sehingga tidak membuat penonton bingung atau kebingungan. Karakter bisa terdiri dari protagonis, antagonis, dan karakter pendukung lainnya. Protagonis adalah karakter utama dalam cerita, biasanya tokoh ini adalah pihak yang baik dan menjadi pusat perhatian cerita. Antagonis adalah karakter yang menentang atau menjadi lawan dari protagonis. Karakter pendukung adalah karakter yang membantu atau mengisi cerita, tetapi tidak menjadi tokoh utama. Penampilan fisik, sifat, dan karakteristik lainnya sangat penting dalam membangun karakter dalam drama. Karakter yang baik akan mampu mempengaruhi plot cerita dan membuat penonton tertarik dan terlibat dalam cerita. Dalam membangun karakter, seorang penulis harus memperhatikan detail dan konsistensi karakter dalam cerita. Karakter harus memiliki kepribadian yang konsisten dan tidak bertentangan dengan plot cerita. Hal ini akan membantu penonton memahami karakter dan memahami peran mereka dalam cerita. Dalam kesimpulannya, karakter adalah unsur penting dalam sebuah drama, karakter yang baik akan mampu mempengaruhi plot cerita, membuat penonton tertarik dan terlibat dalam cerita. Karakter harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing, konsisten dan tidak bertentangan dengan plot cerita. 5. Tema adalah unsur yang ketiga dalam sebuah drama. Poin kelima dari tema “sebutkan unsur-unsur dalam drama” adalah tema. Tema adalah unsur penting dalam sebuah drama karena merupakan pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, kritik sosial, atau pesan-pesan kehidupan lainnya. Tema juga dapat menggambarkan situasi atau peristiwa yang diangkat dalam drama. Tema harus dipilih dengan hati-hati oleh penulis, karena tema yang baik akan membuat penonton lebih tertarik pada cerita. Tema yang jelas akan membuat penonton lebih mudah memahami cerita dan juga dapat membantu penonton dalam memahami pesan moral yang terkandung di dalamnya. Sebuah drama yang memiliki tema yang kuat dan jelas akan mampu memberikan pengalaman yang lebih mendalam bagi penonton. Penonton akan merasa terlibat dalam cerita dan dapat mempertimbangkan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis harus memilih tema yang tepat dan mendalam untuk memastikan bahwa cerita yang ditampilkan akan memiliki dampak emosional yang kuat pada penonton. Dalam drama, tema juga dapat membantu dalam pengembangan karakter. Karakter yang baik harus memiliki peran yang jelas dalam cerita dan juga dapat membantu memperkuat tema. Karakter dapat menunjukkan pesan moral melalui tindakan atau kata-kata mereka, dan juga dapat membantu penonton lebih memahami tema yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam kesimpulannya, tema adalah unsur penting dalam sebuah drama. Tema yang kuat dan jelas akan membantu penonton lebih tertarik pada cerita, dan juga dapat memberikan dampak emosional yang kuat pada penonton. Tema juga dapat membantu dalam pengembangan karakter dan memperkuat pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, penulis harus memilih tema yang tepat dan mendalam untuk memastikan bahwa cerita yang ditampilkan akan memiliki dampak yang kuat pada penonton. 6. Setting atau latar adalah unsur keempat dalam sebuah drama. Poin keenam dari tema “sebutkan unsur-unsur dalam drama” adalah setting atau latar yang merupakan unsur keempat dalam sebuah drama. Setting atau latar adalah tempat dan waktu di mana cerita dalam drama berlangsung. Setting pada drama sangat penting karena dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mendalam mengenai situasi dan kondisi yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Setting juga dapat memberikan pengaruh pada suasana dan mood pada cerita. Sebagai contoh, dalam drama Romeo and Juliet karya William Shakespeare, setting dilakukan di Verona, Italia pada abad ke-16. Setting yang seperti ini dapat mempengaruhi mood pada cerita yang menjadi lebih romantis dan dramatis. Selain itu, setting juga dapat membantu penonton membayangkan suasana dan suasana pada cerita. Penggunaan setting atau latar yang tepat pada drama sangat penting untuk membangun sebuah cerita yang baik dan menarik. Setting yang baik akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. Setting juga dapat menjadi faktor penentu dalam membuat suasana cerita menjadi lebih dramatis atau tidak. Kesimpulannya, setting atau latar adalah unsur yang sangat penting dalam sebuah drama. Setting dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi dan kondisi yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Setting juga dapat memberikan pengaruh pada suasana dan mood pada cerita. Penggunaan setting atau latar yang tepat akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. 7. Dialog adalah unsur kelima dalam sebuah drama. Drama merupakan sebuah karya sastra yang memadukan unsur cerita dengan akting. Terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam sebuah drama, yaitu plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Kelima unsur tersebut merupakan elemen penting dalam menciptakan sebuah drama yang baik dan mampu menarik perhatian penontonnya. Plot atau alur cerita adalah unsur pertama yang harus ada dalam sebuah drama. Plot adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Alur cerita harus memiliki awal yang menarik, pertengahan yang menegangkan, dan akhir yang memuaskan. Plot yang baik akan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karakter adalah unsur yang kedua dalam sebuah drama. Karakter adalah tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Karakter harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Seorang penulis harus mampu menampilkan karakter yang dapat dikenali dan mudah dicerna oleh penonton. Karakter juga harus memiliki peran yang jelas dalam cerita sehingga tidak membuat penonton bingung atau kebingungan. Tema adalah unsur yang ketiga dalam sebuah drama. Tema adalah pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, kritik sosial, atau pesan-pesan kehidupan lainnya. Sebuah drama yang baik harus mampu menyampaikan pesan yang jelas dan dapat dipahami oleh penontonnya. Setting atau latar adalah unsur keempat dalam sebuah drama. Setting adalah tempat dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung. Setting yang baik akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. Setting juga dapat menjadi faktor penentu dalam membuat suasana cerita menjadi lebih dramatis atau tidak. Dialog adalah unsur kelima dalam sebuah drama. Dialog adalah percakapan antara karakter dalam cerita. Dialog yang baik akan membuat cerita terdengar lebih alami dan dapat membantu penonton memahami karakter yang ada dalam cerita. Dialog juga dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi karakter dalam cerita. Kesimpulannya, kelima unsur-unsur dalam drama harus saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya. Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. Oleh karena itu, penting bagi penulis atau pembuat drama untuk memperhatikan setiap unsur dalam drama untuk menciptakan sebuah karya yang maksimal. 8. Unsur-unsur dalam drama harus saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya. Drama merupakan sebuah karya sastra yang memadukan unsur cerita dengan akting. Sebuah drama yang baik harus memiliki beberapa unsur yang harus ada. Unsur-unsur tersebut antara lain plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Setiap unsur memiliki peran penting dalam menciptakan sebuah drama yang sukses dan memikat penontonnya. Plot atau alur cerita merupakan unsur pertama yang harus ada dalam sebuah drama. Plot adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Alur cerita harus memiliki awal yang menarik, pertengahan yang menegangkan, dan akhir yang memuaskan. Plot yang baik akan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karakter adalah unsur kedua dalam sebuah drama. Karakter adalah tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Karakter harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Seorang penulis harus mampu menampilkan karakter yang dapat dikenali dan mudah dicerna oleh penonton. Karakter juga harus memiliki peran yang jelas dalam cerita sehingga tidak membuat penonton bingung atau kebingungan. Tema adalah unsur ketiga dalam sebuah drama. Tema adalah pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, kritik sosial, atau pesan-pesan kehidupan lainnya. Sebuah drama yang baik harus mampu menyampaikan pesan yang jelas dan dapat dipahami oleh penontonnya. Setting atau latar adalah unsur keempat dalam sebuah drama. Setting adalah tempat dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung. Setting yang baik akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. Setting juga dapat menjadi faktor penentu dalam membuat suasana cerita menjadi lebih dramatis atau tidak. Dialog adalah unsur kelima dalam sebuah drama. Dialog adalah percakapan antara karakter dalam cerita. Dialog yang baik akan membuat cerita terdengar lebih alami dan dapat membantu penonton memahami karakter yang ada dalam cerita. Dialog juga dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi karakter dalam cerita. Unsur-unsur dalam drama harus saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya. Sebuah plot yang baik akan membuat karakter-karakter dalam cerita lebih hidup dan membuat tema cerita lebih mudah dipahami oleh penonton. Sementara itu, setting dan dialog yang tepat dapat menguatkan suasana cerita dan membuat penonton lebih terlibat dalam cerita tersebut. Semua unsur dalam drama harus bekerja sama untuk menciptakan sebuah cerita yang unik dan menarik serta memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. Secara keseluruhan, unsur-unsur dalam drama sangat penting untuk menciptakan sebuah cerita yang menarik dan berhasil menarik perhatian penontonnya. Plot, karakter, tema, setting, dan dialog harus saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya. Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. 9. Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. 1. Drama merupakan karya sastra yang memadukan unsur cerita dengan akting. Drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang memadukan unsur cerita dan akting. Dalam drama, cerita dan akting dipadukan untuk menciptakan sebuah karya seni yang menarik. Drama juga bisa disampaikan dalam berbagai bentuk seperti teater, film, atau serial televisi. Melalui drama, penonton dapat menyaksikan kisah hidup orang lain dan merasakan emosi yang terkait dengan cerita tersebut. 2. Terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam sebuah drama, yaitu plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Dalam sebuah drama, terdapat beberapa unsur yang harus ada agar bisa dikatakan sebuah drama berhasil menarik perhatian penontonnya. Unsur-unsur tersebut adalah plot, karakter, tema, setting, dan dialog. Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Karakter adalah tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Tema adalah pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Setting atau latar adalah tempat dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung. Dialog adalah percakapan antara karakter dalam cerita. 3. Plot atau alur cerita adalah unsur pertama yang harus ada dalam sebuah drama. Plot adalah unsur pertama yang harus ada dalam sebuah drama. Plot adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Alur cerita harus memiliki awal yang menarik, pertengahan yang menegangkan, dan akhir yang memuaskan. Plot yang baik akan membuat penonton tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. 4. Karakter adalah unsur yang kedua dalam sebuah drama. Karakter adalah unsur yang kedua dalam sebuah drama. Karakter adalah tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita tersebut. Karakter harus memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Seorang penulis harus mampu menampilkan karakter yang dapat dikenali dan mudah dicerna oleh penonton. Karakter juga harus memiliki peran yang jelas dalam cerita sehingga tidak membuat penonton bingung atau kebingungan. 5. Tema adalah unsur yang ketiga dalam sebuah drama. Tema adalah unsur yang ketiga dalam sebuah drama. Tema adalah pesan atau ide yang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita tersebut. Tema dapat berupa nilai-nilai moral, kritik sosial, atau pesan-pesan kehidupan lainnya. Sebuah drama yang baik harus mampu menyampaikan pesan yang jelas dan dapat dipahami oleh penontonnya. 6. Setting atau latar adalah unsur keempat dalam sebuah drama. Setting atau latar adalah unsur keempat dalam sebuah drama. Setting adalah tempat dan waktu di mana cerita tersebut berlangsung. Setting yang baik akan membuat cerita terlihat lebih hidup dan dapat membantu penonton membayangkan cerita lebih jelas. Setting juga dapat menjadi faktor penentu dalam membuat suasana cerita menjadi lebih dramatis atau tidak. 7. Dialog adalah unsur kelima dalam sebuah drama. Dialog adalah unsur kelima dalam sebuah drama. Dialog adalah percakapan antara karakter dalam cerita. Dialog yang baik akan membuat cerita terdengar lebih alami dan dapat membantu penonton memahami karakter yang ada dalam cerita. Dialog juga dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi karakter dalam cerita. 8. Unsur-unsur dalam drama harus saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya. Unsur-unsur dalam drama harus saling mendukung dan berkaitan satu sama lainnya. Setiap unsur harus memiliki hubungan yang baik dengan unsur lainnya agar cerita menjadi lebih baik dan menarik. Misalnya, plot dan karakter harus saling berkaitan agar penonton dapat memahami peristiwa yang terjadi dalam cerita. Begitu juga dengan tema, setting, dan dialog, semuanya harus saling mendukung untuk menciptakan cerita yang berkualitas. 9. Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. Sebuah drama yang baik akan mampu menghibur, menginspirasi, dan memberikan pesan moral yang berarti kepada penontonnya. Drama dapat menjadi sarana untuk menghibur penonton sekaligus memberikan pesan moral yang bermanfaat. Sebuah drama yang berhasil dapat menginspirasi penonton untuk melakukan perubahan positif dalam hidup mereka. Oleh karena itu, penulis harus mampu mengemas cerita dengan baik agar dapat menciptakan drama yang berkualitas dan dapat memberikan manfaat bagi penontonnya. - Drama adalah karya sastra yang dipentaskan. Drama juga berarti seni peran yang dilakonkan di atas panggung. Karya sastra ini melibatkan beberapa tokoh yang bercerita langsung melalui lakon dan dialog saat utama yang harus diperhatikan dalam karya sastra ini adalah penyusunan teks drama. Supaya dapat menggambarkan kehidupan tokoh, emosi, beserta permasalahannya. Dalam teks drama ada dua unsur penting, yakni ekstrinsik dan intrinsik. Menurut Nabila Atika Putri, dkk dalam buku Ruang Lingkup Drama 2020, unsur ekstrinsik adalah unsur penyusun drama dari luar karya sastra ini. Sementara unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam drama. Sebutkan unsur intrinsik pada teks drama! Unsur intrinsik pada teks drama adalah tema, amanat, alur, perwatakan, latar, sudut pandang, serta gaya bahasa. Baca juga Contoh Teks Drama Singkat tentang Perpisahan Tema Dikutip dari buku Perencanaan Pementasan Drama 2020 karangan Emilia Contessa dan Shofiyatul Huriyah, tema merupakan ide pokok yang mendasari jalannya cerita. Tema bisa disampaikan secara langsung eksplisit maupun tidak implisit. Dalam drama, tema bertujuan membangun cerita. Bisa dikatakan unsur intrinsik ini adalah akar dari sebuah drama. Amanat Merupakan pesan atau pelajaran yang bisa diambil dari sebuah cerita. Amanat adalah pesan, berupa ide, gagasan, dan ajaran moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Sama seperti tema, amanat juga bisa disampaikan secara implisit atau eksplisit. Walau begitu, amanat drama sering diberikan langsung oleh Adalah rangkaian peristiwa yang disusun saksama. Mulai dari awal hingga akhir cerita. Baca juga Pengertian dan Ciri-ciri Umum Drama Adapun alur atau tahapan cerita dalam drama terdiri atas OrientasiAdalah pengenalan latar dan tokoh dalam drama KomplikasiBerisi urutan kejadian dalam drama yang disusun secara sistematis EvaluasiAdalah puncak dari rangkaian alur cerita. Tahap evaluasi terdiri dari pengenalan konflik klimaks, dan pengenalan penyelesaian masalah ResolusiMerupakan penyelesaian konflik yang dihadapi tokoh utama KodaAdalah bagian akhir dari suatu drama. Biasanya berisi kesimpulan, amanat, nilai, maupun pelajaran yang bisa diambil. Perwatakan Mengacu pada sikap atau peran seseorang dalam drama. Perwatakan juga berkaitan dengan watak seseorang dalam sebuah cerita. Unsur instrinsik teks drama ini juga meliputi tindakan, perilaku, dan ucapan tokoh. Latar Merupakan keadaan yang ingin digambarkan dalam sebuah drama. Dilansir dari Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Teks Drama Siswa Kelas VIII MTs Darul Hikmah Pekanbaru 2013 oleh Wulan Afria Fitri, latar mencakup waktu, tempat, dan suasana yang mendukung jalannya sebuah cerita. Baca juga Tata Rias dan Tata Busana dalam Pementasan Drama Latar juga merujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, serta lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa. Sudut pandang Adalah hubungan penulis dengan tokoh dalam drama. Sederhananya, sudut pandang ialah bagaimana pengarang menyampaikan cerita. Biasanya drama menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Ini ditandai dengan penggunaan kata ganti dia, ia, mereka, dan nama tokoh. Gaya bahasa Merupakan unsur intrinsik teks drama, berupa teknik pengolahan bahasa oleh pengarang supaya karya sastranya jauh lebih hidup dan indah. Dalam drama, pengarang sering menggunakan gaya bahasa yang menitikberatkan fungsinya sebagai sarana komunikasi. Baca juga Pengertian Seni Drama Para Ahli dan Fungsinya Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. From time to time, an executive will come to us saying that they are working to create an environment of logic and reason but despite their best efforts they are failing. Unfortunately, the fact that they are failing makes sense. Business is and always will be an enterprise where feelings and emotions are a central part of the environment because of the simple fact that businesses are made up of people. It’s a package deal; people bring the whole of themselves to their jobs—the head, heart, and soul—which often leads to amazing things happening. Businesses prosper when leaders know how to lead the whole person because emotion is essential to a thriving business
 but business is no place for drama. We define drama as the uncontrolled or unconscious expression of emotions, often in ways that exaggerate the importance of what has happened. Drama is the antithesis of healthy emotional expression; it’s the seeping of emotions into the workplace through covert means as a result of people not believing they have been heard or understood at an emotional level. Drama gets expressed in many ways. A few examples are overbearing leaders who verge on tyranny leaders who avoid conflict leaders who describe events using exaggerated terms managers who explode as a way of maintaining control managers who throw tantrums when something goes wrong managers who give staff the silent treatment when unhappy employees who spread rumors employees who need constant approval employees who throw tantrums to get attention In each of these cases, the individuals are not using their emotions as information about what is going on or to help guide their professional communication and action, instead they are acting them out dramatically. Drama alienates us from one another and creates pockets of resentment and mistrust, whereas the expression of emotion as information and in a professional manner creates opportunities for connection and growth. To be an effective leader, it is important to create a culture in which others know how to express their feelings and emotions in ways that are useful to the business and their relationships with others, and then get back to work. Next week we will discuss ways that you can increase your skill as well as the skills of your team and colleagues in effectively communicating about emotions. Di artikel Bahasa Indonesia kelas 11 ini, kita akan membahas secara lengkap mengenai teks drama. Mulai dari pengertian, ciri-ciri, serta unsur-unsur apa saja yang ada dalam teks drama. Yuk, kita belajar! — Kamu pernah menonton drama di teater atau televisi? Jika pernah, tahukah kamu kalau suatu pertunjukan drama yang dipentaskan itu memerlukan teks agar pementasannya berjalan lancar. Nah, teks yang digunakan untuk pementasan disebut teks drama. Kali ini, kita akan bahas mengenai pengertian teks drama, ciri-ciri, unsur-unsur, hingga contohnya. Tapi, sebelum membahas materi teks drama, kamu perlu memahami dulu nih, apa itu drama. Drama berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya’. Drama juga bisa berarti perbuatan, tindakan atau action. Jadi, bisa disimpulkan, pengertian drama adalah sebuah lakon atau cerita berupa kisah kehidupan dalam dialog dan lakuan tokoh yang berisi konflik. Dalam KBBI, drama memiliki beberapa pengertian, di antaranya sebagai berikut Drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku acting atau dialog yang dipentaskan. Drama adalah cerita atau kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan dalam pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu dekor, kostum, rias, lampu, musik, serta disaksikan oleh penonton. Pengertian Teks Drama Teks drama adalah teks cerita yang dipentaskan di atas panggung yang menceritakan kehidupan melalui adegan tokoh. Drama juga dapat diartikan sebagai cerita atau kisah yang menggambarkan kehidupan atau watak melalui tingkah laku tokoh serta dialog yang dipentaskan. Teks drama pada umumnya digunakan sebagai naskah lakon dari para pemeran drama, berupa alur-alur cerita, dan elemen apapun yang mendukung dalam sebuah pementasan drama. Baca Juga Ketahui Syarat dan Cara Menulis Proposal Kegiatan Ciri-Ciri Teks Drama Terus, apa saja sih ciri-ciri teks drama itu? Saat ingin membuat teks drama, tentu kamu perlu memahami karakteristik atau ciri-cirinya, ya. Berikut ciri-ciri teks drama yang bisa kamu perhatikan Memiliki cerita berbentuk dialog, baik yang dituturkan oleh narator maupun tokoh. Memiliki instruksi khusus yang harus dilakukan oleh aktor saat memerankan tokoh di dalamnya dan biasanya ditulis dalam tanda kurung. Membuat banyak konflik dan aksi. Teks drama berada di atas atau samping kiri dialog. Teks drama harus diperankan atau dipentaskan oleh manusia melalui lisan, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh. Biasanya didukung oleh pencahayaan dan musik. Biasanya dipentaskan dengan durasi kurang dari tiga jam. Memerlukan latihan khusus sebelum dipentaskan. Unsur-Unsur Teks Drama Nah, selain ciri-ciri, teks drama juga mengandung beberapa unsur di dalamnya. Unsur-unsur teks drama terbagi menjadi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Yuk, simak masing-masing penjelasannya berikut ini! a. Unsur Intrinsik Teks Drama Unsur intrinsik teks drama adalah unsur-unsur pembentuk drama yang terdapat di dalam teks drama. Contohnya seperti tema, latar, tokoh dan penokohan, dialog, babak, konflik, hingga amanat. Mari kita bahas satu per satu! Tema Hal pertama dan yang terpenting dari sebuah drama, ialah tema. Tema adalah gagasan utama yang menjalin struktur isi drama. Tema berkaitan dengan proses jalan cerita sebuah drama. Beberapa contoh tema drama antara lain, kemanusiaan, nasionalisme, kasih sayang, persahabatan, dan sebagainya. Bagaimana sebuah drama disampaikan, akan bergantung dari bagaimana tema drama tersebut dipilih oleh penulisnya. Latar Setelah tema sudah ditetapkan, unsur teks drama selanjutnya ialah bagiamana latar dari drama tersebut. Latar adalah keterangan tentang tempat, waktu, dan suasana dalam drama. Tokoh Masuk ke unsur ketiga yang juga tidak kalah pentingnya, yakni mengenai tokoh. Tokoh adalah pemegang peran yang ada dalam cerita dan menggambarkan karakter atau watak dari perannya. Sebuah drama akan bergantung pada tokoh, karena merekalah yang memerankan setiap karakter dalam cerita disebuah drama. Tokoh-tokoh tersebut juga yang bertanggung jawab dalam menyampaikan ide atau gagasan dari sebuah drama, agar dapat dicerna oleh penonton drama. Penokohan Selanjutnya, penulis drama juga harus menetapkan penokohan dalam teks drama. Penokohan adalah proses, cara, atau perbuatan menokohkan, dapat diartikan sebagai proses penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Ada tiga jenis penokohan dalam drama. Pertama, tokoh protagonis atau tokoh utama. Kedua, tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang protagonis. Ketiga, tokoh tritagonis, yaitu tokoh pendukung cerita. Penokohan ini yang kemudian penting untuk menetapkan watak, perilaku, atau sifat utama dari masing-masing tokoh yang memerankan cerita dalam teks drama. Baca Juga Teks Prosedur Pengertian, Ciri-Ciri, Struktur, Kebahasaan & Contohnya Dialog Apa yang pertama kali kamu bayangkan ada di dalam sebuah teks drama? Tentunya adalah percakapan atau dialog dari pemerannya, bukan? Dialog dalah percakapan antara dua tokoh atau lebih dalam sebuah drama. Bagian ini merupakan unsur yang penting untuk ada dalam sebuah teks drama, khususnya pada drama yang adegannya terdapat percakapan diantara para tokohnya. Babak Selanjutnya, ialah babak. Babak adalah bagian dari lakon drama. Dalam satu lakon atau pementasan, terdiri dari satu atau beberapa babak. Batas antara babak satu dengan babak selanjutnya ditandai dengan turunnya layar atau padamnya lampu pementasan. Babak dalam suatu drama diperlukan agar penonton dapat mengikuti alur cerita secara jelas dan runut. Selain itu, babak menjadi penting apabila penulis teks drama ingin memainkan sebuah pementasan drama yang terdiri dari beberapa latar waktu maupun tempat yang berbeda. Konflik Menurutmu, apa hal yang membuat suatu cerita menjadi seru dan mampu menarik emosi penonton? Yap, bagian tersebut ialah konflik dari sebuah cerita. Konflik adalah ketegangan atau pertentangan dalam drama yang ditandai dengan adanya masalah. Pertentangannya terjadi pada satu tokoh atau antara satu tokoh dengan tokoh lain. Konflik ini relatif dibutuhkan, karena pada dasarnya sebuah cerita pasti memiliki tujuan atau pesan tertentu yang ingin disampaikan. Konflik atau masalah dapat mengantarkan sebuah pesan tersebut dalam alur cerita di dalam sebuah drama. Amanat Seperti yang kita bahas sebelumnya, jika ada suatu konflik atau masalah, pasti akan ada pesan yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut. Disitulah fungsi dari amanat. Amanat adalah simpulan tentang ajaran atau pesan moral yang terdapat dalam drama. Amanat dalam drama bersifat ajaran moral dan mendidik. Sebuah drama dapat memiliki lebih dari satu amanat. — Oke, sebelum kita masuk ke bahasan struktur teks drama, simak pariwara ini dulu, yuk! Kini, Ruangguru mempersembahkan fitur belajar ADAPTO, video belajar adaptif satu-satunya di Indonesia yang dapat disesuaikan dengan pemahaman kamu. Penasaran? Klik banner di bawah aja! Baca Juga Pengertian Kata Pengantar, Cara Membuat, dan Contohnya b. Unsur Ekstrinsik Teks Drama Nah, kalau unsur ekstrinsik teks drama adalah unsur-unsur pembentuk drama yang terdapat di luar teks drama. Meskipun begitu, unsur-unsur ini juga memiliki peranan terhadap pembuatan teks drama itu sendiri, ya. Contoh unsur ekstrinsik drama, antara lain biografi pengarang, falsafah hidup pengarang, dan keadaan sosial budaya masyarakat. Biografi Pengarang Setiap pengarang memiliki latar belakang atau riwayat hidup yang berbeda-beda. Mulai dari lingkungan ia tumbuh, orang tua, pendidikan, lingkup pertemanan, hingga kepercayaan. Hal ini lah yang bisa mempengaruhi sebuah karya yang diciptakannya. Setiap pengarang, pasti punya nuansa sendiri dalam menciptakan karya mereka. Falsafah Hidup Pengarang Sama seperti biografi pengarang, falsafah hidup setiap pengarang naskah drama juga berbeda-beda. Apa itu falsafah hidup? Falsafah hidup adalah pandangan hidup, gagasan, ide, dan sikap batin yang dimiliki setiap manusia. Hal ini akan melandasi tema drama yang akan dibuat. Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat Kemudian, situasi sosial dan budaya masyarakat juga menjadi hal yang dipertimbangkan, atau bisa menjadi inspirasi bagi pengarang dalam membuat naskah drama. Dalam hal ini, pengarang akan melihat isu-isu apa yang terjadi dalam masyarakat, agar menarik perhatian audiens drama. Struktur Teks Drama Sebuah teks drama juga memiliki struktur yang menjadi kerangka pembuatan naskah. Struktur teks drama terbagi menjadi 3, yaitu prolog, dialog, dan epilog. Apa saja perbedaannya? 1. Prolog Prolog adalah pembuka atau pengantar yang disampaikan oleh narator atau tokoh tertentu. 2. Dialog Dialog adalah percakapan antartokoh yang menggambarkan cerita. 3. Epilog Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan atau amanat. Contoh Teks Drama Sekarang, kamu sudah tahu ya tentang seluk beluk teks drama. Supaya belajar kamu lebih afdhol, simak contoh teks drama singkat berikut ini, yuk! Mengejar Cita-Cita Ada dua anak yang bersahabat sejak kecil bernama Adi dan Anjas. Mereka selalu bersama, tetapi semenjak ayah Adi pindah bekerja mereka berdua pun terpisah. Pada suatu ketika tanpa disadari mereka bertemu kembali. Ketika bertemu, mereka berbincang-bincang perihal rencana kuliah. Anjas “Adi, rencananya kamu mau kuliah di mana?” Adi “Aku mau kuliah di PIP.” Anjas “Memangnya kamu mau pilih jurusan apa?” Adi “Pelayaran. Mau jadi kapten kapal dong hehehe. Hmm tap i
” Anjas “Kamu kenapa?” Adi “Tapi aku lemah dengan pelajaran fisika.” Anjas “Duh jangan sedih dong, sudah enggak apa-apa. Kalau kamu belajar lebih giat lagi kamu pasti bisa. Teruslah berusaha, jangan menyerah. Kejar cita-cita kamu. Eits! Tapi jangan lupa kalau sudah usaha, kita juga harus tetap berdoa.” Adi “Iya, terima kasih ya atas masukannya. asti aku bakal belajar lebih giat lagi.” Anjas “Nah gitu dong!” Adi “Kalau kamu? Mau kuliah dimana?” Anjas “Aku belum tau nih. Kira-kira menurut kamu di mana ya? Terus, jurusan apa?” Adi “Kalau menurut aku sih lebih baik kamu ikuti kata hati kamu aja. Pastinya yang sesuai dengan bakat dan minat kamu juga.” Anjas “Iya sih, tapi masalahnya aku belum tau nih bakat aku di mana.” Adi “Ya, kalau menurut aku sih, soal bakat kamu sebaiknya minta pendapat ke orang lain. Misalnya, ke teman, guru, dan juga orang tua. Terus kalau kamu masih bingung juga, aku saranin kamu untuk minta petunjuk Tuhan Yang Maha Esa. Ya, dengan berdoa. Anjas “Wah makasih ya, Adi, atas pendapat dan saran kamu. Aku akan coba ikuti saran kamu. Oh iya, udah sore, nih. Aku pulang, ya. Makasih Adi.” Adi “Oh iya, oke, deh. . Sama-sama. Makasih juga ya Anjas.” Setelah perbincangan tadi, mereka berdua menjadi lebih giat belajar. Akhirnya, Anjas telah mengetahui bakat dan minatnya untuk melanjutkan kuliah. . Waktu terus berlalu. Tidak terasa mereka berdua telah lulus ujian dan mereka pun ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang mereka inginkan. Berkat kegigihan yang dilakukan Adi dan Anjas, akhirnya mereka diterima di perguruan tinggi yang mereka impikan. — Nah, itulah tadi penjelasan tentang pengertian, ciri-ciri, unsur, struktur, hingga contoh teks drama. Sudah semakin paham kan pastinya? Kalau kamu mau tahu contoh teks drama yang lain, kamu bisa baca-baca di artikel Contoh Teks Drama Singkat berdasarkan Tema. Yuk, buat belajar kamu lebih mudah dengan nonton video belajar beranimasi di ruangbelajar. Ada soal latihan beserta pembahasannya dan rangkuman juga, loh! ReferensiSuherli dkk. 2017. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas 11. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Artikel ini telah diperbarui pada 16 Maret 2023.

emosi dalam drama dapat berupa